Yang perlu kita sadari adalah tidak selamanya internet memberikan nilai-nilai positif dalam kehidupan kita. Pesatnya perkembangan teknologi juga bisa membawa kita pada kemunduran. Salah satu penyebabnya yang sekarang lagi booming adalah HOAX. Hoax adalah informasi yang tidak benar, tetapi seolah-olah dibenarkan. Sering juga disebut berita palsu. Tentu konten-konten hoax sangat merugikan netizen yang mengonsumsinya, apalagi yang percaya dan membagikannya kepada orang lain.
Berdasarkan data dari Kemenkominfo, terdapat sekitar 800.000 situs di Indonesia yang menyebarkan informasi palsu. Selain itu, hasil survei CIGI-Ipsos 2016 menunjukkan sebanyak 15 persen pengguna internet di Indonesia menelan mentah-mentah informasi di internet dan sebanyak 50 persen percaya bahwa informasi di internet itu benar. Dengan hasil survei tersebut, Indonesia menduduki peringkat 7 dunia dalam hal pengguna internet yang langsung mempercayai informasi di internet.
Melihat keadaan seperti itu, kita terutama generasi muda tidak boleh diam. Kita kedatangan musuh baru dan harus siap siaga untuk melawannya. Jangan biarkan orang lain jatuh ke jurang kesesatan. Kita bisa menemukan konten hoax dimana saja seperti media sosial, chatting, dan situs berita abal-abalan. Nah, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara untuk melawannya? Saya berikan tips-tipsnya di bawah ini.
Laporkan
Cara pertama yang paling mudah adalah melaporkannya kepada pihak yang berwenang seperti Polri dan Kemenkominfo. Cara melaporkannya tidak susah, hanya melalui media sosial atau email. Oleh karena itu, saya anjurkan untuk like fanpage resmi kepolisian dan Kemenkominfo. Setelah itu, kita bisa mengirimkan link postingan hoax kepada mereka untuk dikaji lebih lanjut. Jangan lupa sertakan bukti kuat yang menjelaskan bahwa postingan tersebut berisi informasi yang palsu.Hal yang paling penting disini adalah jangan tag/mention fanpage Polri/Kominfo di kolom komentar postingan hoax atau pada saat di-share. Mengapa? Untuk mencegah kemungkinan pemilik akun menghapus postingan tersebut.
Selain itu, kita juga bisa memanfaatkan fitur Report yang ada di media sosial. Biasanya laporan kita akan di-respon jika kita memiliki bukti yang kuat.
Klarifikasi
Yang kedua adalah meng-klarifikasi postingan hoax kepada orang lain bahwa informasi di dalamnya salah. Sertakan sumber-sumber berisi informasi yang sebenarnya. Dengan begitu, kita sudah membantu orang lain untuk tidak mempercayai informasi yang sesat. Ingat, tetap menggunakan link postingan hoax ketika meng-klarifikasinya.
Teknik klarifikasi bisa berupa membuat postingan di media sosial atau membuat sebuah artikel di blog kemudian di-share di media sosial.
Pantau
https://postandparcel.info |
Selain itu, kita juga perlu mencari tau lebih dalam siapa dalang sebenarnya yang suka menyebarkan hoax. Karena bisa jadi sebuah akun yang mem-posting konten hoax hanya disuruh-suruh atau dalam kata lain, bukan pelaku sebenarnya (meskipun yang ikut menyebarkan adalah pelaku). Ambil saja contoh kasus yang sudah terjadi di negeri kita yaitu penangkapan anggota grup Saracen yang tugasnya menyebarkan hoax, SARA, dan kebencian.
Cara sederhana untuk membantu menemukan dalangnya adalah memantau akun-akun yang kerjaannya menyebarkan hoax. Meskipun tidak mudah untuk mengungkap dalangnya, alangkah baiknya kita melaporkan kepada pihak berwenang supaya ditindak lanjut.
Cara sederhana untuk membantu menemukan dalangnya adalah memantau akun-akun yang kerjaannya menyebarkan hoax. Meskipun tidak mudah untuk mengungkap dalangnya, alangkah baiknya kita melaporkan kepada pihak berwenang supaya ditindak lanjut.
Nah itulah 3 poin penting yang harus kita pegang teguh ketika bertemu dengan yang namanya HOAX. Tetap ingat, Laporkan, Klarifikasi, dan Pantau, disingkat LKP. Pesan terakhir saya adalah jadilah netizen yang baik, cerdas, dan bijak. Manfaatkan internet sebagai sarana untuk menyebarkan nilai-nilai positif yang dapat menambah wawasan orang lain. Jangan percaya segala sesuatu yang ada di internet. Selidiki dan verifikasi informasi yang anda dapat, apakah valid atau tidak.
0 Comments